Mencengangkan, Ini Dia 3 Hal yang Bikin Gue Males Blogging!
by
Bagaimakna
- 10:14:00 AM
source: http://blog.reverbnation.com |
Judulnya udah clickbait
belum?
Genap udah satu tahun gue nggak nge-post di blog ini. Sibuk?
Jelas. Sok sibuk? Pastinya! Pepatah Bataknya sih, yeee, “no one is always busy, it just a matter of priorities”. Bukannya
nggak ada bahan yang bisa dituangin dalam sebuah narasi, hanya saja gue emang
males buat bikin postingannya.
Kesibukan gue sekarang emang apaan, sih? Hmmm, setelah jadi
seorang “resigner” dari kantor
terdahulu, gue nggak serta merta jadi pengusaha yang berdiri di atas usaha
sendiri. Yep, gue tetep jadi seorang karyawan di perusahaan kompetitornya
mantan kantor gue yang dulu. Bedanya, ya posisi gue bukan lagi seorang digital marketing staff, tapi headstore atau biasa dilabeli “Ibuk GM”.
Loh, gimane ceritanye? Entar dah ye, kalo rajin, gue ceritain kronologinya.
Terus kemaren tuh, gue iseng ngecek-ngecek salah satu email gue yang dulu biasa dipake buat job freelance. Dan ada salah satu alamat
email yang pengin banget gue sapa—email-nya Mbak Rini Agustina, orang yang
ngajak gue buat jadi content writer
di portal KokGituYa milik Daihatsu. Alih-alih email gue dibales, Mbak Rini
malah nge-follow gue di IG. Dia
langsung ngirim DM, lalu kita jadi cerita panjang lebar di sana.
Time flies. Mbak
Rini udah nggak stay di Jakarta. Kini
dia jadi warga Bekasi yang penuh cinta. Kok penuh cinta? Yap, dia udah resmi
menikah dan sedang menjalani trimester terakhir kehamilan. Dia juga memilih
untuk nggak lagi bekerja di advertising
agency yang ngebuat kita bisa saling kenal. Tapi, doi tetep nulis sebagai freelancer dan buka jasa maintain website dan media sosial.
Sampailah celotehan Mbak Rini pada pertanyaan ini.
"Kamu masih update blog Fun?"
Tanpa basa basi dan hal klise kayak writer’s block, gue pun menjawab, “Udah nggak pernah Mbak. Udah
males.”
“Haha, ayolah semangat! Tulisan-tulisan kamu kan bagus.
Bikin startup gitu. Mungkin kamu
butuh sesuatu yang ada challenge-nya,”
kata Mbak Rini kemudian.
Ucapan Mbak Rini menghadirkan pergulatan tersendiri dalam
benak gue. Gue mikirin lagi, apa sebenarnya faktor-faktor yang membuat gue
semakin males nge-blog. Maka dari itu, atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
terungkaplah 3 hal yang bikin gue males blogging.
ya
1. Banjirnya “blogger event” dan iklan-iklan yang menyertainya
Boleh dibilang, gue juga pengguna jasa review dari blogger. Beberapa kali gue bikin event yang mengundang para blogger sebagai tamu undangan. Tapi, gue
nggak pernah menuntut mereka untuk bikin postingan di blog, melainkan nge-post di akun
media sosial.
Karena ada juga yang dengan tulus menuliskannya di blog tanpa paksaan sedikit pun bahkan sampe bikin vlog buat melengkapinya.
Karena ada juga yang dengan tulus menuliskannya di blog tanpa paksaan sedikit pun bahkan sampe bikin vlog buat melengkapinya.
Mungkin karena gue juga seorang blogger dan paham effort sekaligus “beban” dalam membuat
postingan di blog. Contohnya, kalo klien atau perusahaan yang mengundang para
blogger, minta postingan event
menggunakan keyword tertentu yang
bernapaskan hard-selling. Gapapa sih,
kalo benefitnya setimpal. Ini malah banyak yang gratisan dan cuma
diiming-imingi goodie bag.
Gue pribadi nggak mempermasalahkan postingan-postingan
berisikan kegiatan-kegiatan para blogger ketika mereka mengikuti event tertentu. Hanya saja, gue muak
juga kalo kontennya bak reportase. Situ blogger apa wartawan media online? Realistis memang, duit sih duit.
Tapi, apa nggak lebih baik menyeimbangkan komposisi postingan event dan segala placement article dengan postingan-postingan yang memang sesuai
dengan tema blog lo? Atau, bisa juga dengan menyamarkan isi kontennya dengan
cerita pribadi yang bernilai entertain.
Diiringi dengan upaya meningkatkan kualitas tulisan. Dan juga, nggak semua event diikutin gitu lho!
Kadang-kadang, sangkin ngikutin banyak event dalam satu hari yang sama, blogger-blogger ini sering telat
dateng ke acara tersebut. Bukannya bisa pilih-pilih mana yang mau didatengin,
ya?
Tapi kan, nyari ilmu boleh-boleh aja.
Kalo mau ngilmu, ke Mbah Mijan gih. To be honest deh, berapa persen sih banyaknya event yang diikuti “blogger event” ini yang bener-bener padet
ilmunya dan berguna buat para blogger? Event-event digital yang beneran buat
“ngilmu” juga biasanya bayar. Contohnya, event Social Media Week Jakarta 2017
yang gue ikutin tahun lalu. Gue jauh-jauh dari Medan ke Senayan buat dengerin
paparan dari Mas Dimas Djay sampe orang-orang kreatifnya Google.
Pesan moral: jagalah marwahmu sebagai seorang blogger.
2. Blogwalking dengan taraf “yang penting udah komen”
Gue kangen masa-masa nge-blog di zaman nge-tweet masih pake RT. Sebelum istilah
pelakor melekat erat pada figur Ayu Ting Ting. Saat itu, blogwalking dijalani memang karena ingin mengakrabkan diri satu
sama lain, bukan cuma sekadar ajang menunjukkan apresiasi yang sekenanya.
Nggak berakhir di kolom komentar postingan, malah berlanjut
ke pesan pribadi atau malah group chat. Coba
deh sekarang cek blog masing-masing, udah nulis soal travelling panjang-panjang kayak draft tesis, dikomennya, “Ih, asik
banget ya…” Udah, gitu doang, Mbak? Emang sih, nggak semua postingan
menimbulkan hasrat buat ngisi komentar. Tapi buat gue, kalo emang nggak ada
yang mau gue komenin, ya gue baca aja tanpa niatan buat nunjukin diri kalo “gue
baca lhoooo postingan lo, komen balik dooong, di blog gue!”.
Gue nggak bisa memungkiri fenomena “sebatas timbal balik”
ini dilatarbelakangi oleh mimpi-mimpi para blogger untuk meraup untung dari
blog-nya masing-masing. Ngaku ajalah, yang cita-citanya pengin monetize blog-nya… Berusaha keras bikin niche blog yang ujung-ujungnya merujuk
pada materi. Membuatku bertanya
3. Jalan hidup yang semakin jauh dari dunia tulis menulis
Kalo dulu kan, gue memang menyambung hidup dari
naskah-naskah yang gue edit. Ketika berkecimpung dan menggeluti peran sebagai
editor, gue juga meluangkan diri sebagai penulis konten. Otomatis, gue pun
mengeksplor “rasa” dalam tulisan-tulisan pribadi di blog ini.
Sementara itu…, pekerjaan gue sekarang adalah mengorganisir
banyak kepala dari berbagai divisi. Bukan lagi sebatas nanggung jawabin copywriting-nya departemen digital marketing.
Setahun belakangan, nemu weekend
yang bisa “libur” itu adalah anugerah yang terindah. Gue bukan ngarepin
cuti terus bisa liburan ke Jepang, bukan itu. Sesederhana bisa matiin HP di
hari Minggu dan leyeh-leyeh seharian. Inilah yang bikin gue pun semakin jarang
ketemu dengan rekan-rekan blogger. Rasanya, hari luang sangat disayangkan buat
ke sana kemari. Kalo memang ada, mending buat istirahatin hati dan kaki.
Serupa tapi tak sama dengan kadar iman yang suka naik turun,
mungkin begitu juga dengan semangat nge-blog. Ketika gue mendekatkan diri
dengan lingkungan yang intens blogging,
secara begitu aja gue akan termotivasi buat lebih konsisten nge-blog.
Loh loh, kok dari tadi kayaknya gue nyalahin keadaan ya?
Dalam nge-blog, hal yang nggak bisa kita lakuin sebelum menulis adalah tidak
membaca. Untuk memperkaya sebuah tulisan, gue biasanya baca juga blog-blog
tetangga. Dan memang, gue lebih tertarik sama personal thoughts konyol bin “apaan sih lo” ketimbang laporan acara
dilengkapi foto-foto aestethic-nya.