Surat Cinta untuk Sandiaga Uno

by - 8:58:00 PM

Teruntukmu yang kuamati dari jauh.

Hai, si karismatik—yang katanya—keturunan Raja Amai, pendiri Masjid Hunto Gorontalo. Apa kabar?

Duh, terlalu retoris untuk dijawab, ya. Belakangan, namamu begitu santer terdengar. Hari-hari, wajahmu kian nampang di televisi. Sudah pasti kabarmu bisa kuketahui sendiri. Tahun lalu, saat sosokmu sedang diperbincangkan untuk menjadi bakal calon DKI 1, aku kaget! Akan tetapi, rona malu tak bisa kupadamkan dari pipiku.

surat-cinta-untuk-sandiaga-uno
My heart beat so fast when I was seeing this...

Ingin rasanya kukatakan, aku memilihmu.

Namun, tentu itu tidak bisa kulakukan karena nyatanya, aku belum ditakdirkan menjadi warga Ibukota.

Maka, kugantikan dengan mantra, aku mendoakanmu.

Aku tidak percaya kebetulan, pasti ini suratan Tuhan. Aku di usia tiga belasan, harus mengenal profilmu lewat sebuah tayangan. Menjabat sebagai Ketua BPP HIPMI dengan segudang prestasi, tentu membuatku terkagum-kagum setengah mati. Bagaimana tidak, kau adalah pria lulusan Wichita State University dengan predikat summa cumlaude. Dilanjut lagi dengan beasiswamu di George Washington University, pada tahun 1991, lalu lulus dengan indeks prestasi kumulatif 4,00. 

Jika kau remaja di kampusku, tentu kaulah yang kusemogakan kepada Tuhan di tiap sepertiga malam.

Mulai dari Bank Summa hingga perusahaan migas di Kanada, penghasilan 8.000 USD per bulan, sudah pernah kau dapatkan. Sebagai karyawan, kariermu memang sungguh brilian. Meski ada masa yang harus membuat itu tak berlangsung lama. Krisis moneter di penghujung 1997, merenggut perusahaan yang merupakan sumber keuanganmu. Bahkan, pundi-pundi yang telah kau tabung dan investasikan ke pasar modal, turut kandas akibat ambruknya bursa saham global.

Kakimu melangkah pulang ke pangkuan ibu. Ya, kau tak punya cukup uang untuk membayar uang sewa.

Orang-orang yang menyayangimu merasakan keterpurukan. Walaupun aku yakin, kau sendiri tidak, sebab pergulatan batin justru mengantarmu menemui seorang rekan sewaktu SMA. Yang kemudian, menggandeng lengamu untuk bersama membangun perusaahaan konsultan di bidang keuangan.

Kepiawaianmu menjalin keakraban, membuatmu mampu mengekspansi usaha ke bidang investasi. Kau membangun perusahaan baru, yang sudah menjadi rahasia umum, bisnismu itu berhak atas saham besar pada perusahaan batu bara di Indonesia.

Kau adalah alasan yang membuatku bertekad, aku harus masuk lingkaran yang serupa denganmu. Aku bercita-cita memiliki mental sekuat, bahkan lebih dari yang kau miliki.

Tuhan memeluk asaku. Tahun 2008, aku mengenyam pendidikan di kampus yang menaungi HIPMI Perguruan Tinggi. Di warsa yang sama, kau mendapatkan label sebagai “Indonesian Entrepreneur of The Year” dari Enterprise Asia. Setelahnya, Forbes ikut mencatatmu sebagai orang terkaya nomor 29 di negara kita. Maaf, aku hanya hafal predikat yang dua itu. Sebab sudah terlalu banyak dan aku tak sanggup merangkum tiap-tiap penghargaan yang ada dalam genggaman.

Cerita tentang doronganmu di dunia UMKM, bukanlah bualan belaka. Selama kau memimpin himpunan raksasa itu, rasio pertumbuhan pengusaha yang tergabung melambung tinggi. Dari yang berjumlah 25.000 menjadi 35.000. Bagaimana mungkin kolega-kolega meragu? Malah suntikkan dana, datang dari segala penjuru dunia. 

surat-cinta-untuk-sandiaga-uno
You're so sweet to be a jar of sugar
Kau berhasil mengakuisisi berbagai instansi. Kau juga penyelamat bagi mereka yang diserang krisis yang mencekik, menawarkan solusi lewat negoisasi. Sebut saja, Dahlan Iskan yang menghaturkan terima kasih atas apa yang telah kau perbuat pada Jawa Pos—sehingga dapat melakukan konsolidasi. Kau sangat muda kala itu, membuatnya tak cukup percaya bahkan cenderung meremehkanmu. “Anak kecil yang saya anggap, ‘duh, siapa ini?’ ternyata luar biasa.” Begitulah tutur Dahlan Iskan dalam suatu kesempatan.


Kepada yang pernah menjadi mahasiswa—seperti aku, kau tebar kegigihan, wawasan, pun pengetahuan lewat ratusan seminar juga presentasi. Teruslah kobarkan virus pengusaha, agar kelak tak ada lagi sarjana yang rela meminta-minta.

Perempuan mana yang tak mengidamkan calon imam sepertimu; puasa Daud dan Senin-Kamis adalah biasa, begitu pun rakaat demi rakaat dalam Duha. 

Tawadu dan sederhana, kau acap kali gaungkan kehebatan sedekah. Kau tak lupa mensyukuri nikmat kesehatan lewat cara berolahraga. Basket dan lari menjadi hobi. Kau sampai menjadi manajer Tim Nasional Bola Basket Putri pada SEA Games 2005 di Manila, Filipina.

Aku paham, berbagai pihak berupaya menusukmu, menyebar kabar-kabar yang tak terjamin keabsahannya. Mati-matian mencari celah agar kau lengah. Beberapa kali kau dikaitkan dengan kasus korupsi. Toh realitanya, eks-petinggi KPK mendaftarkan diri dalam tim pemenanganmu. Mereka mungkin lupa, akan loyalitasmu menciptakan lapangan kerja. Mereka mungkin menutup mata, atas kekayaanmu yang tak sebanding dengan sogokan-sogokan di luar sana.

Sudahlah, bungkam saja omongan negatif dengan jutaan karya. Kau tak perlu ikut-ikut menjadi kerdil dengan menyikut calon lainnya.

Menyindir, memberi data-data, berkata seolah akan memperbaiki kinerja penguasa sebelumnya. Walau harus menggigil, menghadapi kerasnya hantaman berbagai pihak, kau tak perlu semua itu. Kau cukup fokus pada kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas. Menjadi santun tanpa perlu meledek yang lupa krama. Dengan keliaran ide-ide dan salam bersama, silakan kau selamatkan Jakarta.

Aku sendiri tak ingin menjadikanmu perbandingan sebab kau terlalu berharga untuk itu.

Maafkan aku yang jatuh terlalu dalam. Kau memang tak perlu tau betapa aku mengkhawatirkanmu. Tatkala guratan-guratan umur mewarnai rupamu. Aku tak sanggup membayangkan, kantung matamu akan berlipat-lipat, jika nanti berhasil menduduki kursi panas wagub di DKI. Sekarang pun, pandanganku sempat menangkap rautmu yang lesu, menyiratkan lelah yang membuatku merasa payah.

Aku memang tidak bisa melipat rapi kerahmu dengan aroma kasih. Aku tak mungkin membenahi letak dasimu yang miring sambil bertukar opini. Yang kubisa hanyalah berharap, Noor Aisah—perempuan Betawi yang kau cintai setiap hari, selalu menjadi rumah paling nyaman yang menyajikan kehangatan-kehangatan. Mengusap emosimu, menggantikannya dengan semangat baru. Mengingatkanmu untuk tak lupa jogging, meski di dunia politik, kau sedang struggling. Putri-putrimu dapat menjadi peluruh peluh agar kau tak mengucap satu pun kata keluh. Hidupmu telah menjadi konsumsi publik, aku tak ingin kau mudah panik. Kokohkan kakimu, meski sesekali pernyataan dan pertanyaan menjelma sakit yang menghunus jantungmu.

Buruk ataupun baik, perjalanan dan mimpi-mimpi kerap dihinggapi distorsi. Tak perlu gundah untuk memperjuangkan yang fisabilillah.

Jatuh cinta tanpa rencana, kutuliskan ini dengan kesungguhan dan penuh rasa. Bila cinta memang buta, izinkan aku tak mampu untuk melihat selain kau, ya? Aku terlalu menikmati kepakan kupu-kupu dalam dada, ketika senyum manismu terbingkai oleh kamera. Anggaplah aku gila dan picisan, tapi aku takkan berhenti menengadahkan tangan. Meng-amin-kan visi misi seorang Sandi, Sandiaga Salahuddin Uno yang kujadikan inspirasi dalam cinta tanpa kalkulasi.

Sudahlah, aku tak mau membuat yang lain semakin cemburu, membaca betapa romantisnya aku kepadamu.




Dari aku yang (tak mampu) diam-diam mencintaimu. 




Medan, 21 Oktober 2016 





Psss... Tulisan yang dibuat selama satu jam ini, bukan sebuah analisis. Tak perlu kau komentari kurang mendalam dan tak substansial. Ini murni surat cinta yang kulayangkan kepada dia yang namanya sama dengan mantan kekasihku semasa remaja, hehehe. Damai-damai aja, ya. Spread love not to war. Semua orang bebas menyuarakan tanpa perlu saling menjatuhkan.

You May Also Like

24 comments

  1. Aduhhhhh bacanya pingin lag pingin rpanya udh hbs . Aduhhh surat cinta terbawa bnget kakak keren kk funy

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heuheu, aku yang bikin aja baca berulang-ulang *agak narsis*

      Delete
  2. Waaaa surat cintanya manis sekali, andai ku bisa akan ku buat satu untuknya pula. Senyumnya memang candu, beruntung sekali warga dan penduduk Ibukota saat masa kampanye nanti ya, pemandangan baliho dan baner akan terpasang wajah ganteng yang menentramkan hati, membuat yang melihat jadi tersenyum hehehe :D

    ReplyDelete
  3. Keren Funy suratnya. Berasa telak baca tulisan-tulisan dengan kemampuan penulisan yang 'sederhana tapi kaya rasa' begini. Kelihatan memang, semua yang dari hati, bakal sampai ke hati. Keren lah :)

    ReplyDelete
  4. makasih kak fun, kalau ga baca ini iyah ga tau ada orang bernama Sandiaga uno.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe, iya Iyah, sama-sama ya! Semoga sosok beliau dapat menginspirasimu. :)

      Delete
  5. Aku juga ngefans sama ini bapak hihi

    ReplyDelete
  6. aku ngefans sama bapak ini juga, pembawaannya kalem. tapi denger2 ada isu ga enak soal sesuatu. ya, tapi wallahualam karena ga ngerti situasi yang sesungguhnya. lebih baik jadi penonton aja. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmmm, semoga tidak benar. Doaku hanya seperti itu. Hihihi.

      Delete
  7. Kata-katanyaaa, meleleh bgt mba :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo dibikinin gitu sama laki pasti seneng ya Mbak :p

      Delete
  8. Aduh segitunya kak Fun, segitu kali cinta buat seseorang jadi semanis ini ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan semoga dia selalu bisa membuat orang sepertiku mencintainya. :)

      Delete
  9. Gantengnya emang maksimal bangeeeeeeet deh.

    ReplyDelete
  10. fun udah pernah nyuratin orang yang kayak begini ga? kan isinya romantis2 basahhh. setelah baca ini aku jadi suka sama sandiaga, setelah ini aku ngirim surat lamaran ke dia yak, haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. nggg..., belum pernah. lagian mikir, ngapain juga. rugi amat! hahaha. cobalah lamar, kamu pasti keterima. kamu kan keren. #laaah

      Delete
  11. kata katanya keren euy kak hehe

    Sandiago Uno untuk Dki. Hidup hidup :p

    ReplyDelete
  12. Subhanallah sekali mbak suratnya, alhamdulillah sekarang sudah pasti 5 tahun ke depan jakarta akan dipimpin olehnya beliau :)

    ReplyDelete
  13. haha isi dari suratanmu begitu menyentuh sekali yah mba, apakah itu rasa ungkapan dari hati kecil mu mbak? ehhe

    ReplyDelete