Sayang, Sekarang Aja Ya, Sebelum “Nanti” Berakhir Menjadi “Tidak Akan Pernah”
by
Bagaimakna
- 9:39:00 PM
Bulan ini, usia gue bakal genap 22 tahun. Kalo kata Taylor Swift, ini adalah usia di mana we're happy, free, confused, and lonely at the same time. Dan entah kenapa, 2016 bukan lagi era yang membuat angka 22 dihujani pertanyaan “nggak berniat lanjutin S2?” melainkan “kapan nikah?”. Dua-duanya sama-sama sangat berpeluang menguras kantong. Hmmm, gue percaya satu teorema bahwa sejarah terus berulang dan mungkin, ini bukanlah suatu pergeseran tren. Namun, hanyalah pengulangan masa yang pernah terjadi sebelumnya.
Sama seperti seorang anak yang terbentuk dari didikan orangtua dan lingkungannya. Gue sadar betul kalo diri gue adalah perpaduan paling harmonis antara etnis Jawa dan Batak. Setengah kepribadian gue penuh rasa mudah iba nan nerimo dan setengah lainnya adalah watak “keras” yang terlanjur mendarah daging. Bokap dan nyokap mewariskan karakter dan cara berpikirnya masing-masing. Nggak terkecuali, pemikiran soal persiapan dana di masa depan.
“Kalo ada uang lebih, beli lembu atau tanah. Harganya selalu naik!” – Papa
“Mama kebanyakan beli guci impor, ya? Padahal, harusnya semua dibeliin emas atau deposito aja.” – Mama
Tentu pemikiran keduanya adalah benar mengingat mereka lahir di zaman baby boomers. There was no internet to answer your “why questions”. Menjadikan tanah, emas, ataupun deposito sebagai aset utama pun diperoleh sebagai paradigma secara turun temurun. Kesulitan utama dari ketiganya adalah proses pencairan dana yang relatif lama. Apalagi tanah, kalo waktunya mepet, bisa-bisa jual murah dan merugi. Belum tentu laku pula. Seperti rantai makanan yang tidak putus, haruskah gue ikut mematrikan gagasan ini ke anak cucu gue kelak?
Bisa iya, bisa enggak.
Gue pernah meramaikan ranah bisnis online dengan tujuan investasi. To be honest dan nggak muluk-muluk tampak idealis, gue pengin kaya! Okelah S2 bisa aja beasiswa. Lah, kalo nikah? Tentu gue nggak mau ngebebani semuanya ke kamu, Sayang. Ehem… Namun, alih-alih meneruskan itu, usaha gue malah tertidur lelap setelah memberi profit yang lumayan besar. Gue coba jalur lain, yaitu rutin menabung di bank.
“Kamu kerja keras, sementara uangmu tidur lelap di bank? Kok mau sih?”
Satu quote itu gue temukan pada brosur yang diberikan MAMI (PT Manulife Aset Manajemen Indonesia), Minggu, 14 Agustus 2016 di Bangi Kopitiam Juanda, Medan. MAMI meluangkan waktu mereka untuk mengedukasi para pegiat media sosial dan blogger Medan dalam agenda bulanan Blog M, DURIAN (Diskusi Ringan Anak Medan) yang bertajuk "Bagaimana Memulai Startup dan Investasi di Masa Muda". Kali ini pembicara DURIAN adalah Yuha Azhari yang berbagi ilmu tentang proses kreatif di balik Toko KEKIDA (Kreasi Kita Beda).
Bangi Kopitiam Juanda, Medan |
Pemateri sedang menjelaskan bisnis canvas model |
Leh uga nih, copywriter-nya.
Inilah kalimat yang kali pertama terucap dari bibir gue setelah melihat quote tersebut. Selanjutnya, sudah dapat dipastikan gue tersindir dengan kata-kata yang gue baca. Kalo dipikir-pikir, nabung di bank nggak bikin gue kaya. Uang yang ada justru berkurang karena adanya pajak dan biaya administrasi bulanan.
Solusi tepat investasi yang nggak ribet dan terkendali adalah reksadana.
Bang Ade dari MAMI yang siap sedia mengedukasi blogger Medan tentang pentingnya investasi di masa muda |
Gue nggak memikirkan perihal kemungkinan terburuk sehingga investasi ini dinamai “dana darurat”. Tetapi, sebagai simpanan yang bisa mengejar perampok tak berwujud. Itu lho, silent rober yang disebut inflasi. Kenaikan harga terus saja terjadi. Selama gue masih membeli barang-barang kebutuhan hidup—bahkan cenderung konsumtif, tentu gue kena imbas dari inflasi. Waktu gue SD, beli semangkuk bakso cukup dengan uang gopek. Sekarang? Pengamen juga banyak yang ogah dikasih gopekan!
Ada empat macam reksadana, yaitu reksadana saham, reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana pasar uang. Setiap tipe, memiliki ROI (Return On Investment) dan risikonya masing-masing. Setiap calon investor, seyogianya tau dan memahami karakter reksadana mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Semakin besar keuntungan, tentu semakin besar juga kemungkinan risikonya.
Anak baru kayak gue nggak usah cemas. MAMI punya Manulife Dana Kas II yang jauh lebih mudah dimengerti daripada isi hati sang mantan.
Manulife Dana Kas II adalah reksadana pasar uang yang ditawarkan oleh MAMI dan pas banget buat investasi di masa muda. Instrumennya terletak 100% pada pasar uang dan berbasis efek pada hutang dengan minimum pembelian pertama cukup Rp 100.000,-. Pertumbuhannya stabil (sampai sekarang tidak ada lonjakan penurunan), risiko terkendali, dan dapat dicairkan dalam satu hari kerja. Inilah keunggulannya dibandingkan deposito. Likuiditas Manulife Dana Kas II cukup tinggi. Kalo mau mencairkan dana, lakukan sebelum pukul 13.00, maka dana akan masuk keesokannya selama hari kerja. We don't know what would happen tommorow, mana tau besok langsung lamaran, ye kan?
Sejak diluncurkan, suku bunganya saat ini ada di angka 6,72% per tahun. Tidak ada pajak maupun biaya pembelian/penjualan. Biaya yang dikeluarkan adalah maksimal 2% per tahun untuk pengelolaan oleh manajemen investasi dan 0,25% untuk bank kustodian yang menyimpan dana tersebut.
Memang sih, keuntungannya nggak sebesar reksadana saham yang bunganya lebih dari 20%. Namun, risikonya juga minim, sehingga as a newbie, gue bisa menghindari panik saat nilai investasi anjlok. Kerugian pun dapat diminimalisir.
Kita udah nggak di era baby boomers. Kemudahan ada di ujung jari dan gue siap menjadi "the best version of my parents".
No need time buat PDKT sama customer service MAMI. Eh, maksud gue, buat lebih dekat dan semakin paham tentang reksadana. Kita bisa mengakses reksadana-manulife.com, di sana semua produk reksadana oleh MAMI terangkum jelas dan lengkap. Fund fact sheet dan prospektusnya juga diperbaharui berkala.
Kenapa harus reksadana MAMI, sih?
MAMI adalah salah satu manajer investasi terbesar di Indonesia yang juga memiliki manajer investasi fund manager terbanyak untuk alokasi investasinya. Pengalaman menangani krisis di tahun 1998 dan 2008 juga menjadi alasan MAMI kian dipercaya. Buat yang takut riba dan nggak sesuai syariat Islam, MAMI juga memiliki produk reksadana syariah pada tipe reksadana saham yaitu Manulife Syariah Sektoral Amanah dan Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS. Ditambah, kini MAMI memiliki portal transaksi online di www.klikmami.com yang memungkinkan penggunanya mengakses kapanpun dan di manapun.
Kalo ada yang bilang ngurus reksadana itu ribet, halah cuma mitos atau alasan saja. Dengan situs klikMAMI, gue bisa register dengan KTP dan nomor HP yang aktif. Setelah rangkaian prosedur dijalani, customer service akan mengkonfirmasi ke nomor HP yang didaftarkan. Setelah terdaftar sebagai investor, berbagai transaksi bisa dilakukan. Kalo udah makin jago soal reksadana, bisa switching ke tipe yang lebih tinggi seperti reksadana campuran. Lagi-lagi, tanpa biaya tambahan. Buat yang mau cuap-cuap dan banyak tanya, bolehlah konsultasikan ke CS MAMI. Nggak perlu duduk tegang di kursi untuk mengurus akun reksadana kita. Sambil gegoleran nonton film Bollywood pun, bisaaa.
Karena kebiasaan nongkrong di kafe juga ngabisin dana yang nggak sedikit |
Kapan waktu tepat berinvestasi?
Wajah-wajah perempuan mandiri yang tau pentingnya investasi |
Sekarang aja, udah, sekarang ya, Sayang. Harusnya, gaji pertama kamu udah disisihin untuk ini. Nggak apa-apalah telat, daripada nggak insyaf-insyaf. Masa sih, mau ngelamar harus nunggu dapet warisan 5M dari opungmu dulu? Lima ember antik maksudnya, gara-gara opung nggak punya investasi.
Mau investasi harus nunggu apa coba? Kamu naik pangkat terus gajinya berkali-kali lipat? Duh, keburu adek ini disamber yang lain. Kalo kamu nunggu-nunggu saat yang sempurna, kamu nggak akan ngelakuin apa-apa. Inget deh, kalo Tuhan nggak menuntut kesempurnaan, tapi berharap kita melakukan apa yang bisa dengan apa yang kita miliki saat ini. Belajar dari nol dan berinvestasi dari jumlah yang kecil, sebisa kita.
Sayang, sekarang aja ya, sebelum “nanti” berakhir jadi “tidak akan pernah”. Nggak perlu nunggu kaya dulu, biar bisa lebih kaya. Lagian, kalo kamu keburu kaya banget, malah cari gandengan baru. Teruntuk Sayang yang masih dirahasiakan Tuhan, kita sama-sama berjuang, berinvestasi, dan membuat mimpi menjadi nyata, ya. Mau, kan?