7 Fakta di Balik Film Untuk Angeline
by
Bagaimakna
- 9:57:00 AM
Pertengahan 2015, Indonesia sempat digegerkan dengan pemberitaan seorang gadis berusia 8 tahun bernama Engeline yang menghilang di Bali. Alih-alih ditemukan dalam keadaan sehat, tubuh Engeline justru telah terkubur dan membusuk di perkarangan rumah orangtua asuhnya, Margriet Megawe.
Kasus ini bergulir hangat dan menyita perhatian masyarakat. Tak hanya di Indonesia, kronologi pembunuhan Engeline menjadi buah bibir di kancah internasional. Ironi, memilukan, tragis. Entah kata apa lagi yang sanggup mendeskripsikan perihal ini.
21 Juni 2016, menjadi tanggal rilis film Untuk Angeline yang merupakan sebuah persembahan kepada Engeline. Disutradarai oleh Jito Banyu dan diproduseri oleh Duke Rachmat juga Niken Septikasari, ada 5 fakta di balik film Untuk Angeline yang menarik untuk kita simak.
Film Untuk Angeline (2016) |
1. Film ini terinspirasi dari kisah Engeline, bukan menceritakan kronologi kematian Engeline sebenar-benarnya.
Angel bukan boneka kan, Bu? - Untuk Angeline (2016)
Saat menonton premiere film ini, seorang rekan bertanya-tanya kepadaku tentang cerita Engeline sesungguhnya. Jika boleh aku menegaskan, film ini tentu sekadar terinspirasi dari Engeline. Bagaimanapun, ada norma-norma yang harus tetap dipatuhi untuk menjaga kenyamanan dan keamanan banyak pihak. Selain itu, film juga punya sisi menghibur dan estetika yang harus ditonjolkan sebagai salah satu produk entertainment.
2. Tujuan dari film ini adalah mengkampanyekan hak dan perlindungan bagi anak.
Ketika beberapa pihak sedu sedan melonglongkan perjuangan untuk anak-anak, di waktu yang sama masih banyak yang dengan sengaja menelantarkan anak mereka. Atau malah, ketidakberdayaan ekonomi dijadikan alasan untuk menitipkan anak kepada tangan-tangan yang mungkin saja justru menghancurkan masa depan mereka. Dengan film Untuk Angeline, diharapkan semakin bertambah masyarakat yang teredukasi pentingnya memberikan hak kepada anak. Hak untuk diasuh dan diberi kasih sayang orangtua kandungnya, hak untuk dipeluk sebelum tidur, hak untuk ditemani meraih mimpinya. Hak-hak yang sederhana, tapi membuat mereka merasa hidupnya dipenuhi cinta.
3. Akting Kinaryosih sebagai Midah (ibu kandung Angeline) membuat penonton terenyuh.
So far, aku belum pernah melihat Kinaryosih tidak menghayati perannya dalam sebuah film. Dan lagi-lagi, wanita anggun ini membuktikan kepiawaiannya dalam berakting. Midah, ibu kandung dari seorang anak yang harus rela buah hatinya diadopsi agar dapat membayar biaya persalinan di rumah sakit. Santo (suami Midah) lebih merelakan anak mereka ketimbang motor yang ia gunakan untuk bekerja sehari-hari. Belum lagi, sewaktu hatinya harus tercabik-cabik melihat sang suami memiliki pelabuhan hati selain dirinya.
4. Sebagian hasil penjualan film Untuk Angeline akan didonasikan untuk aktivitas perlindungan anak yang dikelola Koalisi Anak Madani Indonesia (KAMI) dan LPAI Kak Seto.
Seperti yang dilansir dari Bintang.com, Niken Septikasari berujar, "Awalnya, niat baik dipersembahkan untuk Engeline. Saya ikhlas untung rugi."
5. Skenario ditulis oleh lulusan Kriminologi, Universitas Indonesia.
"Lele" Laila Nur Azizah sebagai lulusan Kriminologi UI sekaligus scripwriter dalam film Untuk Angeline telah melakukan penelitian langsung terhadap lokasi dan orang-orang yang terkait dalam keberlangsungan hidup Engeline.
6. Tak hanya penulis skenario, para pemain juga ikut melakukan riset.
Sabar ya Non, semesta menjaga Non Angel - Untuk Angeline (2016)
Para pemain film Untuk Angeline |
Para pemain, sebut saja Teuku Rifnu Wikana (Santo/ayah kandung Angeline) dan Naomi Ivo (Angeline) menuturkan bahwa mereka mendatangi kedua orangtua kandung Engeline untuk mengetahui langsung bagaimana emosi yang mereka rasakan. Sehingga, mereka dapat lebih mendalami lagi peran dan karakter masing-masing.
7. Film ini dapat dijadikan bentuk sambutan Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2016.
Seperti yang sama-sama kita ketahui, bahwa child abuse telah menjadi isu yang terlanjur biasa di dunia. Dengan hadirnya film ini di tengah-tengah industri film yang mengusung unsur komersil belaka, mari bersama kita gaungkan lagi perlindungan untuk anak-anak Indonesia. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) setidaknya terdapat ada 298 kasus dalam periode Januari-April 2016 dan angka tersebut meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya.
Psikolog sekaligus pemerhati anak Indonesia, Kak Seto yang juga mengambil peran dalam film Untuk Angeline sebagai sahabat anak, mengajak masyarakat untuk bahu membahu memenuhi hak-hak mereka, generasi penerus bangsa. Hak anak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Hak untuk mendapat perlindungan dari berbagai macam kekerasan. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan bersekolah. Hak untuk didengarkan pendapatnya.
Masih ragu untuk nonton? Yuk, lihat trailer-nya di sini.
Psikolog sekaligus pemerhati anak Indonesia, Kak Seto yang juga mengambil peran dalam film Untuk Angeline sebagai sahabat anak, mengajak masyarakat untuk bahu membahu memenuhi hak-hak mereka, generasi penerus bangsa. Hak anak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Hak untuk mendapat perlindungan dari berbagai macam kekerasan. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan bersekolah. Hak untuk didengarkan pendapatnya.
Masih ragu untuk nonton? Yuk, lihat trailer-nya di sini.