Ketika Anak Hobi Koleksi Video Suara Klakson Bis
by
Bagaimakna
- 10:08:00 PM
Lo masih inget nggak, waktu SMP punya hobi apa?
Kalo gue sih, ngegandrungi banget yang namanya meronce. Ibuk-ibuk tau dong, meronce apaan? Itu lho, nyusun manik-manik atau biji-bijian pake benang. Bisa jadi aksesoris ataupun barang-barang yang punya nilai manfaat lainnya. Berhubung dari kecil gue udah "marketer" banget anaknya, kalo roncenya udah jadi, gue jual deh, di sekolah maupun ke tetangga.
Di saat yang sama, anak laki-laki di sekolah gue lagi hobi main Tamiya dan Beyblade. Wuiiih, belanja spareparts-nya aja bisa bikin nggak jajan sebulan. Meskipun gue anak perempuan, tetep ngerasainlah euforia serunya nabung buat beli mainan. Sok-sokan duel, meski dari 10 pertandingan, gue kalah 11 kali.
Gimana ya, kalo hobi anak SMP di 2016 ini? Apa masih sebatas "permainan fisik" yang real kayak yang gue lakuin dulu?
Sampe akhirnya, gue baca sebuah tulisan di blog Mbak Elisa Karamoy. Tinggal di kota Tangerang, ngebuat Mbak Elisa rutin menaiki bis feeder yang disediakan oleh pihak pengembang perumahan kalo ingin bepergian ke Jakarta. Alasan terbesar yang bikin doi doyan naik bis feeder adalah lebih nyaman karena hampir semua bis yang tersedia terawat cukup baik. Bahkan, secara berkala bis tua diganti sama yang muda. Ibarat ABG tua, tingkahmu semakin gila.... Faktor lainnya sih, jadwalnya yang teratur serta rutenya yang udah pasti. Jadi, nggak takut ketinggalan bis apalagi nyasar.
Uniknya, dalam beberapa bulan terakhir ini ada yang menarik setiap kali bis feeder yang doi naiki mulai memasuki jalan raya menuju perumahan. Di pinggir jalan, banyak anak-anak yang dengan semangat sentosa lari-lari, lalu ngacungin tangan.
NGAPAIN SIH, TUH BOCAH NGASIH UCAPAN SELAMAT DATANG? ITU BIS, DEK, BUKAN RUMAH MAKAN PRASMANAN.
Ternyata, anak-anak tadi minta "telolet". Selidik punya selidik, Mbak Elisa dapet info kalo telolet yang dimaksud adalah klakson bis. Tiap-tiap bis yang berukuran cukup besar, punya bunyi klakson yang menurut anak-anak ini khas. Padahal, bisa aja buat kita itu sama aja dan..., nggak penting. Lucunya, makin hari makin banyak anak-anak yang berburu telolet di daerah yang dilewati oleh Mbak Elisa.
Anak Mbak Elisa yang duduk di kelas 7 SMP pun, mulai doyan ngerekam telolet ini. Dia suka berburu telolet, meski nggak berkeliaran di pinggir jalan untuk sekadar ngambil gambar atau ngerekam suara klakson bis.
Setiap kali Mbak Elisa nanyain apa yang menarik dari suara klakson telolet ini, anaknya sendiri masih bingung mau jawab apa. "Pokoknya, suka aja..." adalah jawaban terandal dari sang anak. Bahkan, tanpa melihat rekaman gambar atau videonya, anak Mbak Elisa bisa ngebedain klakson bis A, bis B, bis C, dan lainnya. Sangkin adore-nya, putra Mbak Elisa ngerengek minta dibikinin akun media sosial untuk upload video dan foto bis.
Dan memang, saat itu Mbak Elisa belom ngizinin putranya untuk punya akun media sosial. "Belum ada manfaatnya hingga sekarang. Internet lebih banyak dihabiskannya untuk mengakses game, terutama Game Minecraft. Jangankan bermedsos, BBM atau WA saya atau ayahnya saja jarang dibalas. Kalaupun dibales, cukup singkat "ya" atau "yap" atau "oke" atau cukup "y" saja, apalagi menghabiskan banyak waktu untuk mencari teman di media sosial," tutur Mbak Elisa.
Lah kok, hobi baru tersebut bisa bikin putra Mbak Elisa jadi agak beda dengan minta dibuatkan akun media sosial? Setelah diskusi memilih media sosial mana, akhirnya Instagram yang jadi pilihan. Akun Instagram tersebut digunakannya untuk berbagi gambar bis dan rekaman telolet, juga untuk ngakses gambar atau video milik orang lain. Dari hobi anak tersebut, Mbak Elisa tau bahwa ada komunitas Bismania, beranggotakan para pecinta bis. Bahkan, anaknya sampai rela ngumpulin uang jajan buat beli stiker-stiker yang berbau bis. Di lain waktu, anaknya bilang ingin menabung untuk membeli lensa telezoom sebagai perangkat tambahan pada smartphone demi hasil gambar atau video bis yang lebih bagus. Widiiih, keren ya?
Koleksi di Instagram putra Mbak Elisa | Sumber: http://www.elisakaramoy.com/ |
Salah satu jepretan sang anak | Sumber: http://www.elisakaramoy.com/ |
Dari sini bisa dipetik pelajaran bahwa di usia anak menjelang remaja, mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan teman sebaya. Meskipun pada mulanya mereka tidak tertarik atau tidak bisa menjabarkan dengan jelas apa yang membuat mereka tertarik pada sesuatu, kalo sebagian teman-temannya suka dengan hal tersebut, mereka akan terbawa sendirinya. Inilah tugas besar bagi orangtua, gimana ngejaga agar anak tetap dalam koridor yang telah ditetapkan tanpa harus menghambat minatnya. Seiring pertumbuhan anak, pengawasan orangtua pun harus kian bijak.
"Kami harus belajar kapan mengulur tali dan kapan harus menarik tali agar anak tidak tergelincir jatuh," sebut Mbak Elisa dalam tulisannya. Zaman telah berubah, perilaku serta kondisi lingkungan jauh berbeda. Ditambah lagi, pesatnya perkembangan teknologi menjadi penyebab krusial perubahan pola hidup masyarakat.
Mbak Elisa dan suami nggak ngelarang anak mereka dengan hobinya. Namun, mereka membuat beberapa kesepakatan yang cermat, lho!
1. Nggak boleh keluar dari kompleks perumahan dan nggak boleh malam hari
Meskipun nggak ngelarang melarang anak-anak merekam atau mengambil foto bis, mereka tetaplah orangtua yang keras dalam urusan jam malam. Kalo nggak urgent, anak-anak nggak dibolehin keluar malam hari bahkan saat libur sekalipun.
2. Dilarang memotret atau merekam bis yang sedang berjalan
Cukup datangi bis yang parkir. Ngejer-ngejer bis yang lagi beroperasi kan, bahaya banget!
3. NO COPAS!
Nggak boleh tuh, upload video atau foto orang lain ke akun media sosial mereka, kecuali yang emang konsumsi umum. Hal kecil yang bisa jadi kebiasaan kayak gini, layaknya sedini mungkin.
4. Menjadi orangtua yang dekat dengan "dunia" anak
Memasuki dunia yang sedang anak minati adalah hal yang nggak semua orangtua mampu lakukan. Nggak harus suka juga kok, tapi setidaknya dengan ikut terjun langsung ke hobi mereka, orangtua dapat memantau dan tau tindakan preventif jika mungkin ada pengaruh negatif yang mengintai.
Empat kesepakatan sederhana tersebut bisa menjadi salah satu tiang komunikasi yang sehat antara anak dan orangtua. Komunikasi sehat tanpa dibumbui prasangka dan curiga, pastinya bikin anak nyaman dan nggak segan-segan buat bercerita apa pun yang dipikirkan dan dirasakan oleh mereka kepada orangtuanya.
Ngedalamin hobi adalah salah satu stimulasi positif untuk perkembangan dan kecerdasan. Porsinya sama pentingnya lho, dengan belajar. Yang perlu diinget, jangan biarin mereka menekuni hobinya tanpa penunjang. Ada baiknya orangtua berperan dalam hobi anak. Bisa aja dari hobi tersebut, tampak kelebihan lain yang kelak bisa menjadi modal buat sang anak. Perlu diinget juga, anak yang terlalu larut dalam hobinya, bisa jadi lupa waktu dan lupa segalanya.Untuk itu diperlukan kontrol oleh orangtua. Bukannya dapet impact positif, tapi malah negatif. Nggak mau dong, ya? Hmmm, learn from the expert alias belajar parenting langsung dari yang udah ngebesarin dan ngedidik anak-anaknya. Gue sih, makasih banget sama Mbak Elisa.
Youth need to know, how about you?
Facebook: Mutia Erlisa Karamoy
Instagram: @mutia_karamoy
Twitter: @mutia_karamoy