Selamat Datang di "Dunia Kompetisi"!

by - 11:45:00 PM

Semasa kanak-kanak, mungkin definisi musuh terbatas pada sekumpulan anak-anak yang suka mengolok-olok, bikin nangis, dan hobi banget cari masalah sama kita. Seiring beranjak dewasa, pengertian musuh pun menjadi semakin luas. Mulai dari orang yang nggak suka dengan kehadiran kita, selalu ingin menjatuhkan, sengaja mencari keburukan kita, atau ingin bersaing dengan kita di segala kesempatan. Semua bisa saja dikategorikan sebagai musuh, tergantung bagaimana kini kita memaknainya.

“Your worst enemy could be your best friend & your best friend your worst enemy.” ― Bob Marley

Hayooo, siapa yang setuju sama quote Bob Marley tersebut? Boleh dibilang, hadirnya musuh dalam hidup sama pentingnya dengan eksistensi sahabat-sahabat kita. Sahabat ada dengan motivasi positifnya yang menguatkan derap langkah kaki kita, sedangkan musuh memberi motivasi dengan pendekatan berbeda. Berusaha lebih unggul, selalu menganggap kita saingan, tak jarang melontarkan sindiran nan nyinyir, bahkan memandang kita dari sisi negatifnya aja, dapat kita jadikan sebagai katalis untuk introspeksi diri. Nggak perlu membalas sikap buruknya sebab jika dilakuin, itu menunjukkan kualitas kita yang tak jauh berbeda dari mereka.


“Whenever you are confronted with an opponent, conquer him with love.” ― Mahatma Gandhi



Yap, tetaplah bersikap baik. Bagaimana juga, musuh ataupun saingan adalah orang yang membuat kita bekerja semakin giat untuk lebih memajukan diri sendiri. Keberadaan mereka menjadikan kita pribadi yang nggak mudah puas. Soalnya, keinget terus, mereka selalu berusaha berlomba dengan kita. Jadinya, usaha lebih keras lagi, deh! Hihihi.

Meskipun kita kerap ingin menyenangkan hati orang lain, pada dasarnya kita nggak bisa maksain hal tersebut. Akan ada aja orang-orang yang nggak suka dengan apa yang kita lakuin. Makanya, wajar aja kalo dalam pertemanan, ada circle-circle yang nggak mau terlalu deket satu sama lain. Coba deh pikir, apa semua warga DKI suka Ahok jadi gubernur? Atau, apakah seluruh penonton mendukung Fatin sebagai juara di salah satu ajang musik Indonesia? Hmm, impossible! Daripada mikirin sesuatu yang dapat membebani, mendingan kita fokus dengan mereka yang secara tulus mendukung kita.

Kita juga perlu mengenali musuh, lho. Gue mau berbagi secuil karakter yang mungkin ada dalam diri seorang musuh.

1. Muka dua

Ini akan terjadi jika mereka adalah orang yang berada di dekat kita. Mungkin ia tampil sebagai teman yang baik, tapi diam-diam, sebenarnya ia hanya ingin menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kita, lalu mencari celah untuk menjatuhkan. Eits, jangan buru-buru mewaspadai orang lain. Cek lagi, apakah kita pernah melakukan hal ini untuk bersaing dengan seseorang?

2. Cemburu dan tidak setuju

Ketika kita terlihat lebih baik daripada mereka, akan ada kecemburuan yang terbit di benaknya. Walaupun mungkin kita nggak selalu bisa melihat gelagat tersebut. Mereka gengsi buat ngakuin keunggulan kita. Selain itu, saat kita mengutarakan pendapat, mereka tampak mendebat apa yang kita katakan. Kita harus bisa mengenali di mana perdebatan memang ada dengan argumen yang jelas atau hanya sekadar ingin menjatuhkan opini.

3. Memberi ide yang berseberangan

Lo terlihat atraktif dan menarik dengan potongan rambut pendek dan semua orang terdekat menyukai itu. Kemudian, dia hadir dan mengatakan kalo lo nggak cocok dengan model rambut kayak gitu. Berbagai alasan dikatakan hanya untuk menjatuhkan kepercayaan diri lo. Ini sih, based on my own experience, di mana ada temen yang bilang gue nggak pantes pake kacamata. Sementara, kalo nggak pake kacamata, gue kelihatan sipit banget! Eh, tau-taunya, belakangan doi pake kacamata full frame kayak yang biasa gue pake. Males banget, kan?

Tingkah-tingkah menyebalkan mungkin kita dapati dari orang yang hadir sebagai musuh dalam hidup. Hadapi dengan biasa saja, seperti kita memperlakukan teman-teman terbaik selama perjalanan menapaki dunia. Bersyukurlah karena faktanya, musuh adalah orang yang sangat peduli dengan keberadaan kita. Hahahaha!


“I like to have powerful enemies. Makes me feel important.” ― Leigh Bardugo



Ketahuilah, sepanjang hidup, kita akan selalu menemui dunia kompetisi. Bukan hanya sebatas kontes ataupun kompetisi untuk memenangkan trofi, tapi juga berlomba-lomba menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dalam bersikap, berpikir, maupun berkarya. Ubahlah musuh sebagai salah satu faktor mencapai kesuksesan.

Nggak melulu bersikap buruk, rival di sebuah pertandingan juga bisa menjalin pertemanan yang baik. Mungkin, saat pertandingan berlangsung, kita bertemu sebagai musuh atau lawan, tapi di luar itu, nggak ada permusuhan. Inilah contoh persaingan yang sehat, kayak gue dan Mutia Nurul Rahmah di Liga Blogger Indonesia 2016 yang minggu ini harus berduel untuk ngedapetin poin.

Fokus sama gelas warna merahnya ya guys, atau mas-mas jomlo di belakang
Mutia atau yang dikenal dengan Mutmuthea saat ini sedang menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska Riau. Memulai blogging sekitar tahun 2009, bermula dari hobinya menulis kegiatan sehari-hari di blog, sekarang ia membuat berbagai konten menarik seputar review dan lifestyle.

Dilihat dari aktivitasnya di media sosial dan blog, Mutia adalah perempuan yang aktif dan supel. Passionate, mungkin satu kata yang bisa menggambarkan siapa Mutia di mata gue. Dari info yang gue dapet sih, doi punya satu mantan pacar dan menjalin hubungan paling lama adalah dua tahun. Eh, mantannya udah nambah belom? Biar bisa update, nih! #lho. Kriteria pasangan idamannya adalah nggak posesif. Buat kalian yang mau taarufan sama doi, cek diri dulu, posesif atau kagak. Kalo iya, nggak perlu putus asa sih karena yang namanya cinta, bisa memaklumi segala keadaannya. Eaaaa....

Ihhh, cantik banget make-up ala Mutia ya!
Tergolong remaja kekinian, kreatif, dan ceria, Mutia sering update vlog di kanal YouTube-nya, lho. Beda banget sama gue yang baru sekali bikin vlog, nggak se-hits dialah... (Mu, abis ini tolong transfer ke rekening gue, ye.)

Mau PDKT sama doi lebih jauh? Silakan kunjungi blog-nya di http://mutheas.blogspot.co.id/. Hati-hati ngepoin doi sebab doi akan lebiiiih pinter ngekepoin elo-elo semua. Inget ya, gue udah ngasih warning di sini. Hahaha, soalnya Mutia bisa aja nemuin blog gue yang alaynya nggak ketulungan. Biarpun begitu, terima kasih Mutia yang telah mengingatkan gue pada masa lalu.  Kalo kata Benjamin Franklin, love your enemies, for they tell you your faults. Ups...

At the end, gue ingin mengucapkan selamat datang di "dunia kompetisi" buat elo yang rela ngabisin waktu buat baca postingan ini. Apalagi, sampe ngisi komentar. Beuuuuh, lo emang deh, nggak ada kerjaan banget! Hahaha... Gih, bantuin emak cuci piring.


“To be successful you need friends and to be very successful you need enemies.” ― Sidney Sheldon

You May Also Like

11 comments

  1. Oh, manggilnya Mu ya, salam kenal ya mu... Coleh mutia

    ReplyDelete
  2. Wawa ada kata ahli
    nah muka dua itu yang susah namun saya diajarin paranoud dan curiga serta ga boleh ketemu rteman di fb fuuuh
    bete

    @guru5seni8
    http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com

    ReplyDelete
  3. Muka dua itu bukan sedikit tetapi banyak banget di sekeliling kita

    @amma_chemist

    ReplyDelete
  4. salam kenal mut :) itu harus dinyanyiin lagu peterpen dulu ya biar " buka dulu topengmu" hihi

    @gemaulani

    ReplyDelete
  5. nice post mbak funy. bisa aja dibikin panjang tulisannya. saya mah nulisnya to the point. kurang mak nyus jadinya. haha

    @diahdwiarti

    ReplyDelete
  6. masa?
    mau dong di kepoin dia,. hahahahahaha

    ReplyDelete
  7. Jadi kaya manggil adek aku "Mut"

    @umimarfa

    ReplyDelete
  8. Boleh nih..endorse aku juga dong Fun..hahahak..

    ReplyDelete
  9. Salam kenal Mut.. Hehehe
    Kayak manggil imut (memang imut sih).

    ReplyDelete
  10. aduh setuju sama si mbak nya, beware! fake friend everywhere :'D

    ReplyDelete
  11. HAUAHAHAHAHAHA

    paraah aseli parah.....kan memang asli keren tulisannya... panjang lebar kali luas mendetail hahaah

    kenapa bahas-bahas mantaaan *kibas ulos*

    ReplyDelete