Biru dan Jingga

by - 10:51:00 PM


Aku si Biru yang sedang candu.

Pada dasarnya kita butuh rasa disepelekan, dianggap biasa-biasa saja, atau bahkan tak dianggap apa-apa. Seperti Jingga yang sekonyong-konyong hadir dalam hidup Biru, membuat babak baru di luar dugaan; Jingga hanya memandang Biru sebagai seorang gadis kecil. Padahal, selama ini napas Biru sesak dengan pujian-pujian yang dihunuskan kepadanya.

Biru si periang yang membuat Jingga jatuh ke pelukan. Tak satu pun tau apa yang sebenarnya terjadi. Memang Jingga kerap mempermainkan hati. Namun, haruskah kali ini?

Biru si egois yang sedang berjuang untuk menjadi semakin sabar. Jingga adalah pelajaran yang ia dapat di setiap harinya. Jingga yang acuh tak acuh dan enggan mendengar. Jingga yang harus dan selalu mempertahankan keaku-akuannya. Ah, betapa Biru begitu mengasihinya....

Biru si perfeksionis yang selalu bisa mendapat tipe yang diinginkan, kini bertahan pada seseorang yang membingungkan. Jingga yang impulsif, arogan, dan sulit dibayangkan bisa berjalan beriringan. Biru telah bertekad mengejar matahari. Agar segera dapat  menemui Jingga di pelataran, memulai babak-babak lain yang kelak dipersiapkan.

Biru melihat rupa Jingga lekat-lekat, berharap sosok di hadapannya tak menengadah sehingga mata mereka bersitatap. Ah, Biru yang rapuh sedang mengelus pipi Jingga dengan hati yang pilu. Pikirannya membubung tinggi. Seumpama ia pergi, aku ikhlas. Seandainya ini mimpi, aku bersyukur.


Biru hanya takut kehilangan..., lagi.













Pic source: Pixabay

You May Also Like

2 comments