Masih Nyaman Sendiri, Terserah Mereka Berkata Apa
Masih Nyaman Sendiri, Terserah Mereka Berkata Apa - ! Diary Khansa: Ke sini sama siapa?
Sendiri aja? Sekarang udah umur berapa? Nggak ada niat cari pasangan? Hati-hati
lho, kebablasan. Masa mau jadi perawan tua?
Di tengah keramaian dunia, terkadang gue terdiam memikirkan,
apakah hidup di dunia hanya untuk memenuhi pertanyaan orang-orang? Padahal,
sekalipun pertanyaan itu terjawab, mereka tak pernah benar-benar puas. Dan,
pertanyaan yang kerap menjadi bulan-bulanan adalah...,
kapan cari jodoh?
Beberapa orang merasa segera memiliki pasangan adalah hal krusial.
Beberapa lainnya pura-pura tidak peduli, meski tetap dirundung rasa takut akan
hal tersebut. Ada pula yang memang sedang tak ingin memusingkan perihal jodoh
atau pasangan. Mungkin, lo adalah bagian dari orang-orang yang kedua atau
ketiga, berusaha memberikan senyuman terbaik saat pertanyaan soal pasangan
menghampiri. Nggak laku, tak sedikit
di antara mereka yang mengatakan seperti itu. Ingin rasanya bibir menyanggah
setiap statement yang mereka
sandarkan pada diri. Namun, dengan berbagai pertimbangan, sepertinya sedikit bungkam
lebih baik.
Tidak semudah itu membuka diri, terlebih membuka hati. Kenangan dan trauma yang dulu kerap masih menghantui.
Gue rasa, mayoritas orang bertahan dalam sebuah hubungan
karena merasa dialah yang terbaik untuk saat itu. Hingga akhirnya,
masing-masing memilih untuk jalan sendiri-sendiri, tak lagi dalam sebuah kata “kita”.
Lika-liku perjalanan bersama, tentu meninggalkan memori-memori yang tidak
semudah itu dilupakan. Baik bahagia maupun luka, semua terbingkai jelas dalam
ingatan.
Begitu banyak teman-teman yang berkata, “Lo harus move on.” Mereka sering beranggapan kalo
move on berarti memiliki partner hidup yang baru. Untuk apa
terburu-buru, lebih baik mendamaikan diri terlebih dulu. Bukankah hal paling
sulit dilakukan di dunia ini adalah mengalahkan diri sendiri?
Buat apa sibuk menjadi orang lain, berusaha menjadi sosok yang cocok untuk seseorang. Memantaskan diri untuk yang mau menerima, sepertinya bijaksana.
Ubah gaya rambut, nge-push
diri jadi lebih feminin, berjuang keras untuk menarik lebih banyak lagi perhatian
orang lain, dan pelbagai hal lain yang dilakukan demi menggaet seseorang. Semua
dibuat hanya untuk meninggalkan kesan. Terkadang, justru ketidaknyamanan yang
datang ketika memaksa diri menjadi karakter lain. Sepertinya, mengejar karier
dan pencapaian hidup, lebih memiliki value
di masa depan. Belajar untuk lebih sabar dan menjadi pribadi yang lebih
baik juga menarik, tapi bukan agar dia melirik.
Ada momen di mana gue berpikir, fase “pembekuan hati” adalah
fase yang pas untuk membenahkan diri, biar kelak menjadi rumah ternyaman bagi
pria beruntung di luar sana dan ia tak berniat untuk pindah ke lain rumah.
Menitipkan hati bukanlah permainan. Kami enggan membuang-buang waktu pada orang yang salah.
Membangun kepercayaan, komitmen, dan komunikasi yang berkualitas, tentu
membutuhkan waktu dan daya. Buat gue pribadi, ini juga sebuah bentuk
pengorbanan. Oleh sebab itu, rasanya sia-sia jika semua diberikan pada orang
yang tidak tepat. Mungkin, gue ataupun lo lebih rela untuk menunggu.
Kesepian sering dirasakan, memeluk diri sendiri lagi-lagi dilakukan. Namun, itu bukan alasan untuk menyegerakan.
Ada saatnya problem datang beruntun hampir tak ada jeda. Ada
masanya di mana melihat seorang pria dan wanita saling merangkul mesra di
sebuah ruang tunggu. Ada suatu ketika semua orang sibuk sementara kita butuh
pribadi yang menemani. Rasanya, berada dalam pelukanlah yang dibutuhkan.
Menggenggam erat tangan seorang pria atau elusan lembut mendarat di kepala darinya
seakan begitu menentramkan. Hmmm, tapi bukan berarti memaksakan diri untuk
segera berdampingan dengan si dia di frekuensi yang sama. Sendiri masih terasa
lebih nyaman meski “tak aman”.
Aturan dan aturan, kayaknya perintah nyokap saja acap kali tak diindahkan.
Memiliki pasangan biasanya diiringi dengan kesiapan berada
dalam aturan-aturan tidak tertulis yang ditetapkan oleh kedua belah pihak.
Terasa menyebalkan ketika aturannya harus kita patuhi, sedangkan dia sering
mengabaikan aturan kita. Perdebatan-perdebatan klise tanpa penyelesaian yang
jelas, mau tak mau harus terjadi. Belum lagi jika sama-sama ingin mendominasi, bisa-bisa
pusing sendiri! Bebas dan lepas tanpa hal-hal mengikat, sejenak ingin seperti ini.
“It happens to everyone as they grow up. You find out who you are and what you want, and then you realize that people you've known forever don't see things the way you do. So you keep the wonderful memories, but find yourself moving on.” ― Nicholas Sparks
Itulah beberapa jawaban-jawaban di balik kenapa masih sendiri. Namun,
akan selalu aja ada yang berujar, “Ah, alasan....” Mereka bersikukuh dengan
pandangan bahwa jodoh adalah prioritas utama. Padahal, semua berhak menentukan
prioritasnya sendiri. Pada esensinya kita semua ini sama, sama-sama berbeda.
Sendiri bukan berarti bersedih. Sendiri bukan berarti tak
ada yang mengagumi. Memang benar, kita tidak bisa terus berlindung dalam
ketakutan akan kekecewaan. Kita berhak akan suatu kebahagiaan, walau menemukan
cinta sejati tidak sebercanda itu. Alangkah baiknya, segala sesuatu dipikir
dengan matang dan tak gegabah. Toh, pada akhirnya, dia yang tepat akan datang
ketika kita siap. Kalo dengan sendiri bisa lebih punya banyak waktu untuk
berbahagia dan menghargai diri, kenapa enggak?
“We must make tough decisions to see if it’s worth it in the end.” ― Dominic Riccitello
Pic source: Pixabay
20 comments
emang tidak mudah mengambil keputusan,
ReplyDeleteitu namanya bifurkasi :D
Deleteiya banget. kadang heran juga sama orang-orang yang entah peduli entah kepo, suka banget nanya tentang pasangan. herannya lagi, kehidupan mereka dengan pasangan juga lagi babak belur, tapi masih sempat bilang "jangan lama-lama", "kapan lagi?! umur udah berapa", dan pertanyaan sejenis.
ReplyDeletekadang jadi suka sebel ya, kalo orang nggak tau perjuangan kita gimana, tapi menghujani pertanyaan2 kayak gitu :)
DeleteSabar ya mbak, Jodoh terbaik lagi dipersiapakan yang diatas buat Mbak :)
ReplyDeleteWoles, kok. Ini tulisan hanya berusaha mewakili pemikiran banyak orang. :D
Deletekalem ajaa nanti jodoh dateng sendiri gausah di cari gausah usaha buat mendapatkan jodoh juga .. yang di atas sudah atur semuanya kapan pertemuan dan kapan jodoh datang :)
ReplyDeleteHmmm... Tapi, harus selalu diingat, Tuhan memberi sesuai usaha manusia. Ikhtiar manusia bisa mengubah nasib dan takdir. :D
DeleteMemantaskan diri untuk yang mau menerima, sepertinya bijaksana.<< kalimat ini iyah banget kak hihihi. perbaiki diri sendiri aja supaya yang menerima tak kecewa XD
ReplyDeleteHitung-hitung juga pencapaian diri sendiri untuk menjadi lebih baik lagi :)
Deleteentar juga pasti ada jodoh yang terbaik buat mbak
ReplyDeletekalo mas benjolan di paha, apa kabar?
DeleteTulisan ini saya banget... :)
ReplyDeleteSampai- sampai saya berkomitmen pada diri saya sendiri, bahwa saya tidak akan pernah menanyakan hal yang sama pada orang lain seperti pertanyaan di awal pembukaan tulisan ini...
Kalau jodoh tidak datang dengan cepat, ridhai saja... Percaya saja dengan Sang Maha Sutradara..
Alhamdulillah kalo bisa mewakili perasaanmu. Ingatlah selalu apa yang membuatmu tidak nyaman, jangan lakukan kepada yang lain. Ibarat bola, ia akan memantul. Ibarat cermin, reaksi orang lain adalah refleksi.
DeleteGue sering ditanyain, "kapan punya pacar?"
ReplyDeleteTapi, kalo gue sih lebih ke "bodo amat". Mending fokus sama pendidikan dulu, urusan pacar, bisa belakangan sembari mencari yang cocok :p
Yoai. Sing penting, masa depan jelas dulu yak! :D
DeleteHahah, gue rasa cewek dengan alasan seperti itu banyak menjadi pelaku PHP..wkwk
ReplyDeleteyaah, ga apa-apa memilih sendiri, tapi kudu punya stok! LOL
kata yang tepat "Tetap belajar dan jadi diri lo yang paling terbaik!"
Be the best of yourself!
Asyeeem. Tau aja sih, lo. #ekhem
DeleteJadi gini, sendiri itu sepi. Dalam sepi, kadang butuh rame juga....., hatinya. Ya, kudu ada stok. #yha #dikeplak
astaga, jadi BENERAN! hahaha #diaNGAku
Deletejadi gitu yah? mengharapkan keramaian
tapi malah hidup untuk memilih sendiri.
OK, gue mencoba paham! #BROOKetawa (baca:YOhohohohoho)
sukses nggaknya seseorang kan nggak dipengaruhi punya pasangan atau nggak, iya kan? :3
ReplyDelete