Ini Cerita Movement Gue, Mana Movement Lo?

by - 12:27:00 AM

Ini Cerita Movement Gue, Mana Movement Lo - Blogger Medan: Somehow, pindah identik dengan kesedihan. Pindah rumah, pindah kerja, pindah sekolah, pindah lingkungan, apalagi pindah hati. *Oke, please, jangan ngomongin hati sampe paragraf berikutnya* Di sisi lain, definisi pindah nggak berhenti di sana, guys. Pernah nggak, sih, lo flashback masa-masa SMA atau SMP, lalu suasana mendadak menjadi sendu? Pernah nggak, sih, di era yang serba digital ini, lo diem sejenak, merenungi saat di mana kita masih awam internet, lalu kesedihan muncul gitu aja? Pernah nggak, sih, ketika melihat bokap nyokap semakin tua, lalu ada penyesalan karena banyak menghabiskan waktu tidak bersama mereka? At these points, berarti actually perpindahan itu kita alami setiap saat. We're never be a finished person. Kita manusia diberi akal untuk terus move, move, move.
Mereka semakin tua (Source: alkhairaatmalut)

    Dalam Fisika sendiri, perpindahan adalah perubahan kedudukan suatu benda dalam selang waktu tertentu. Bayi yang baru lahir ke dunia, dia bahkan tidak bisa menggerakkan kepalanya. Namun, enam bulan kemudian, dia akan bisa duduk dengan berpegang pada sesuatu. So, bayi tersebut mengalami perubahan kedudukan dalam suatu periode, kan? Sesederhana itulah perpindahan yang gue maksud. Di Islam sendiri, gue selalu mengingat dua pesan Rasulullah; satu adalah "iqra" (baca), dua adalah "hijrah" (pindah). Bukan berarti serta merta harus pindah ke zona yang lebih aman, tapi justru bisa melakukan perubahan di area yang buruk sehingga area tersebut bisa berubah menjadi lebih baik.

    Gue sendiri nggak bisa menghitung jumlah perpindahan yang gue alami selama hidup. Apalagi, gue yang notabene lahir dan besar di Medan, kemudian merantau enam tahun di Pulau Jawa dan menyelami berbagai seluk beluk kehidupan di sana. Sekarang, gue pulang ke tanah di mana gue mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Kehidupan gue di Bandung dan Jakarta yang penuh aktivitas begitu gue nikmati. Di masa kuliah D3 dulu, selain belajar, gue punya waktu untuk ngasdos dan kerja di perpus sambil dagang donat. Iya, donat yang harganya Rp 1.500 itu, lho! Gue beli beberapa lusin, terus gue jual dengan harga Rp 2.000. Di samping itu, gue tetep punya waktu untuk berorganisasi baik dalam maupun luar kampus. Gue bisa dapet kesempatan belajar bareng temen-temen jalanan, naik gunung atau bersih-bersih pantai bareng penggiat alam, "berkolaboraksi" dengan Earth Hour Bandung, ngikutin beberapa konferensi dan kompetisi, dan..., dan..., gue juga nggak tau mau nulis yang mana lagi. 

Nonton film dan diskusi tentang sampah di Bandung bareng WWF & Earth Hour (dokumen pribadi)
     Move, gue kerja. Dunia kerja gue yang begitu menuntut mobilitas tinggi dan kecepatan serta ketepatan, ngebuat gue hanya punya sedikit waktu untuk memikirkan dunia di luar kerjaan. Kegiatan nonprofit yang masih gue ikutin saat itu adalah baca-baca di taman dengan teman-teman jalanan dan kaum eksmud. Gue banyak menghabiskan masa untuk wara-wiri mencari informasi baru agar bisa terus berlatih berpikir cepat (berkaitan dengan menciptakan ide yang sebenarnya ide itu nggak ada yang benar-benar murni). Sibuk ikut press conference, melangkah dari satu event ke event lain, masuk toko buku besar di mal sampai toko buku yang nggak kebaca di Gmap, dan berbagai kesibukan-kesibukan yang sok sibuk abezzzz lainnya. Gue yang dulu begitu aktif di media sosial dan blog, tiba-tiba vakum gitu aja. Berbagai respons gue terima, tapi gue cuma bisa jawab, "Gue sibuk di dunia nyata." Kedengeran belagu? Lah, gue emang belagu. Lo-nya aja kali yang nganggep gue lemah lembut dan rendah hati kayak Anabelle.

     Move, gue balik ke Medan. Kerja? Masih, freelance. Bangun start-up? Masih, doakan saya, ya, Mas, demi kau dan si buah hati! #tebarbunga. Tapi, ada bagian jiwa gue yang ngerasa kosong. Gue nggak lagi punya kegiatan di lapangan yang identik dengan isu-isu sosial. Gue nggak lagi punya temen sharing di luar circle keseharian gue, di mana gue bisa berbagi banyak perspektif secara tatap muka. At this moment, gue balik buka akun Twitter buat coba cari, ada nggak, sih, komunitas yang into me banget di Medan ini? Keyword: Blogger Medan. Dan..., tralala trilili miracle happened, nemulah satu twitnya @TauKoTembung tentang sebuah komunitas berinisial Mawar alias Blog M (Blogger Medan). Waaah, boljug nih, nyoba join

     Baru juga mau join, taunya diajakin buat ikut DURIAN (Diskusi Ringan Anak Medan) di kota Binjai bareng mereka. Gue excited banget, dong, secara gue sekarang cukup buta tentang Medan dan sekitarnya. Ketika mau berangkat di stasiun, gue dibikin kaget. Adik manis yang beberapa tahun lalu pernah buka puasa bareng gue dan beberapa temen blogger saat dia kelas 1 SMA, ternyata ada juga di Blog M. Sebut saja Mahdiyyah Ardhina, bukan inisial dan dia sekarang udah kuliah. Kebayang nggak, sih, time flies so fast? Gue yang emang sempat kehilangan HP jadi nggak keep contact sama Iyah dan temen blog yang lain. Sabda Awal yang dulu gue kenal di saat dia kurus banget dan baru nge-blog pun gabung di Blog M. Duh, ngerasa miris sendiri, begitu tertinggal kah gue di kota sendiri? *nenggak aer tajin*
Nih, fotonya biar kagak dikira hoax. Di sini aku masih kyut, 17 tahun >,<
    Judul yang diangkat dalam sharing session kali ini adalah "Memulai Gerakan Sosial". Topik ini nggak asing, sih, buat gue pribadi. Jujur aja, gue sendiri cukup kaget mendengar beberapa cerita Medan Heritage dari anggotanya bernama Gita yang hadir di DURIAN ini. Tentang kegiatan mereka dan penggeraknya yaitu Kak Rizky Nasution. Gue ngerasa surprise sekaligus malu sendiri, gue sibuk ngembangin komunitas di luar Medan. Sementara itu, gue terkesan melupakan "rumah" gue. Gue nggak menyaksikan Medan yang udah berkembang dalam kurun waktu enam tahun. Gue nggak turut andil dalam perubahannya kemarin-kemarin. Gue yang dulu punya niatan untuk melakukan social movement di Medan tapi nggak punya banyak waktu di sini (karena balik hanya untuk Lebaran beberapa hari), sangat tertegun karena udah banyak yang memotori itu sekarang. Niat tanpa eksekusi hanyalah sebatas wacana, ye, guys. Ehem... *Nyindir diri sendiri*

    Apa pun yang diciptakan manusia itu berdasarkan kegelisahan, bagi gue sih, gitu. Manusia menciptakan komputer jinjing ataupun yang biasa kita sebut laptop, ya karena ada kegelisahan saat memakai PC yang susah untuk di bawa bepergian. Manusia menciptakan social movement, ya karena ada kegelisahan saat melihat realita keadaan sekitar, skala kecil ataupun besar.

     Mulailah dari diri sendiri. Isu apa yang ingin kita angkat ke dunia luar, haruslah udah kita implementasikan. Mungkin, bergerak sendiri itu sulit. Butuh beberapa orang untuk menghidupkan sebuah social movement agar yang tadinya tampak sulit, sekalipun memang sulit akan terasa ringan dijalani bersama. Bersinergi dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama untuk terus melakukan campaign social movement  itu sendiri melalui aksi-aksi nyata. Well, pasti ada aja yang mencemooh dan mengabaikan apa yang dilakukan oleh agen-agen sosial ini. Mengubah mindset apalagi perilaku yang sudah menjadi habit seseorang (seperti ketidakpedulian pada sekitar) tidak semudah membalikkan telapak tangan. 

     Yang sepatutnya ditanamkan dalam benak masing-masing adalah terus bergerak, terus berbuat, jika memang ini adalah sebuah kebaikan. Superhero jarang banget, lho, menang di awal cerita. But, at the end of story, dialah yang membuat happy ending dengan membawa pesan moral bahwa kebaikan akan menang dan diakui oleh orang lain, bukan diri sendiri. Pada awalnya, bisa saja ini berangkat dari sebuah keterpaksaan atau ikut-ikutan. Cobalah nikmati, lalu itu akan bergerak menjadi suatu rutinitas. Akan bergerak lagi menjadi sebuah kebutuhan. Percayalah, akan bergerak lagi menjadi sesuatu yang membahagiakan dan membuat kita merasa itu adalah bagian hidup kita yang pantas menjadi satu prioritas di antara prioritas lainnya.

     Gue bersyukur banget, Tuhan begitu Mahaasyik dengan segala kebesaran-Nya. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplor dunia (tentunya in a positive way), menemukan kegelisahan-kegelisahan yang menjadi pertanyaan, lalu semua jawaban ada dalam kitab-kitab-Nya. Di Al-Quran tertera jelas bahwa tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini. I believe, kecoa yang dianggap menjijikkan bagi banyak orang adalah salah satu tanda keseimbangan. Penghambat manusia adalah ketakutan dan ketakutan yang terburuk itu adalah keraguan. Gue yakin, lo yang baca postingan ini tergolong manusia-manusia yang yakin untuk aware dan turun tangan dalam gerakan sosial demi Indonesia yang lebih baik.

  Nah, kumpul-kumpul ala kekinian rasanya tak lengkap tanpa potret-potret narsis yang menggambarkan keseruan dan menyimpan banyak cerita. Inilah keceriaan bersama Blog M di hari Minggu, 09 Agustus 2015 di kota Binjai.


      Kalo kata Raditya Dika nih, hidup penuh dengan ketidakpastian, tapi perpindahan adalah salah satu hal yang pasti. Kalau pindah diidentikkan dengan kepergian, maka kesedihan menjadi sesuatu yang mengikutinya, padahal untuk melakukan pencapaian lebih, kita tak bisa hanya bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan lebih baik yang bisa didapatkan tanpa melakukan perpindahan.
       
      Terima kasih untuk hari yang menyenangkan, kawan. Semoga kita bisa bertemu dalam lain kesempatan. Sesungguhnya sebagai manusia tentunya kekurangan milik gue. Kalaupun gue terlihat baik, itu karena Tuhan Mahabaik menutupi aib gue. Sekian dan terima calon imam di masa depan. #modusdikit

You May Also Like

16 comments

  1. Tulisan yang asyik :') Bikin terharu, plus manggut-manggut setuju

    ReplyDelete
  2. semoga bertemu lain kesempatan? mau hijrah kemana lagi . . .
    baru pun mau modusin kamu :(

    ReplyDelete
  3. Menyentuh banget tulisannya, Fun. Gua sendiri sekarang lagi diambang kepindahan. Rumah mau dijual soalnya, mau pindah ke rumah lain yg lebih cocok untuk hari tua Ayah dan Ibu. Thank you buat inspirasinya *segera baca ulang Manusia Setengah Salmon*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Om Kepeeeen! Kapan sih studi lo kelar? Sekarang posisi di mane?

      Delete
  4. Banyak perubahan, banyak pengalaman. Daerah sendiri dilupain, Jadi... inget daerah sendiri .__.

    Sukses pun, semoga kita bisa bertemu di lain waktu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya Jakur. Semoga masih diberi kesempatan ya. :>

      Delete
  5. Komunitas blogger di Medan lagi bikin acara di Binjai ya. Keren.. Kebetulan aku orang Binjai

    ReplyDelete
  6. perjalanan kak fun sudah jauh... sekali. dan iyah masih stuck di medan menanti kak fun akhirnya kembali pulang *Halah

    ReplyDelete
    Replies
    1. asyik daaah, menanti aku. ntar aku terharu, nggak punya tisu nih :'>

      Delete
  7. enaklah udah banyak pengalaman bisa keluar dari Medan,, cari ilmu di luar sana,, :)
    share di BLOGM lah,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya allah, selagi mampu, sharing kok, Bang :)

      Delete
  8. Sempat baca juga di blog Iyah tentang kegiatan Gerakan Social Blog M ini. Jujur, gue iri sama Medan. Punya komunitas blogger yang terbilang asik. Sementara itu, disini, tidak ada yang memiliki niat sebagai seorang blogger. Gue jadi merasa kesepian karena tidak ada teman yang satu hobi sama gue :')

    Masih langkah banget gitu ><

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo! Kamu tinggal di mana memang? Mungkin, belum ketemu aja kali sama blogger sekota. Ya sebelum ketemu, tetap jalin komunikasi saja dengan blogger di dunia maya.

      Delete