10 Jurus Jitu Menjadi Teman yang Baik yang Mungkin Sering Terlupakan
10 Jurus Jitu Menjadi Teman yang Baik yang Mungkin Sering Terlupakan - Hubungan: Penginnya
dibaik-baikin, sendirinya belom belajar jadi temen yang baik. Gimana mau dapet
jodoh yang baik, jadi temen yang baik aja belom bisa.... *dikit-dikit ngomongin jodoh, hiiih*
Sadar diri dong, kita
nggak bisa hidup sendiri di dunia ini. Walaupun ujung-ujungnya ntar di dalem
kubur sendirian, tetep aja hidupnya kudu punya partner! Elo bukan Hachi si lebah madu yang sebatang kara. Bahkan,
doi aja punya temen baik selama perjalanan hidup mencari ibunya. *kemudian nyanyi...*
Dosen gue pernah
bilang,”Satu-satunya cara mendapatkan teman yang baik adalah menjadi teman yang
baik.” Kali pertama ngedenger kalimat itu, gue langsung jawab, “Ya iyalah masa
ya iya dong, duren aja dibelah bukan dibedong!” Gue kesel sama analogi dosen
tersebut. Tapi, lama kelamaan gue sadar, kalo manusia emang sering ngelupain
analogi sederhana seperti itu dan cenderung menjadi semakin arogan. Ya…, kayak gue ini mungkin.
Setelah mencari
hidayah ke lembah Teletubbies dan menyelam ke Bikini Bottom, akhirnya gue
ketemu Tom Sam Cong yang ngasi gue “10 Jurus Jitu Menjadi Teman yang Baik yang Mungkin Sering Terlupakan”. Tentunya, ini bisa dipraktikkan dalam kehidupan
adik-adik dalam menciptakan keharmonisan perjalanan hidup penuh cinta dan kasih
sayang yang terhindar ironi serta penindasan-penindasan hegemoni cinta terhadap
hati. *kalimat ini dihasilkan saat gue
meeting sama Tom Sang Cong, lalu tiba-tiba ada Vicky Prasetyo, yaudahlah ya....*
1. Memuridkan Diri Sendiri
Orang lain lagi
ngomongin suatu hal, kita langsung nimpalin ba-bi-bu. Terkadang, sampai-sampai
opini kita ngebuat orang tersebut ngerasa minder. Ya, itulah manusia yang penuh dengan ego. Kerap
kali seseorang ingin menunjukkan identitas dan eksistensinya dengan terlihat
lebih dari orang lain. Padahal, di atas langit masih ada langit. Jadi kenapa
harus sombong? Toh, kita ini bukan yang terbaik, kan? Memuridkan diri sendiri
membuat kita menyadari kalo kita bukanlah apa-apa. Dengan kayak gitu, kita bakal
ngerasa kalo dengerin orang lain adalah sebuah kebutuhan. Semakin banyak
mendengar, semakin banyak tau juga.
2. Hindari Kritik
Kritik itu seperti merpati pos;
ia akan selalu kembali pulang. Artinya, kritik kita akan kembali kepada diri
kita sendiri. Emang kita udah siap kalo dikritik orang lain? Mungkin, sekarang
lo bakal jawab iya. Tapi, pas kejadiannya, hati kecil lo bakal defensif sendiri
dan tanpa dikomando, otak lo langsung mencari-cari celah dari si pengkritik. Melalui
kritik, sebenernya kita nggak ngebuat perubahan yang awet, justru yang hadir
adalah penolakan dan kebencian. Seorang psikolog besar bernama Hans Selye
pernah bilang, “Kehausan kita akan persetujuan, sama besarnya dengan ketakutan
kita terhadap kritik.” Begitulah sifat manusia, yang bersalah menyalahkan orang
lain. Kita semua seperti itu. Perlu kontrol diri untuk mengerti dan meminta
maaf.
3. Bicarakan Kebodohan Diri Sendiri Sebelum Mengritik
Pernah nonton Stand Up Comedy? Begitu
banyak realita sarat makna di sana yang disajikan dalam bentuk jokes. Kemudian, ngebuat gue
menganggukkan kepala sambil bilang, “Iya juga, ya….” Di saat itu, sang komedian
telah sukses nyadarin kalo gue masih jauh dari sempurna tanpa harus mengkritik
gue secara langsung.
Kemampuan kayak gitu patut
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, lho. Di saat lo diharuskan
mengkritik seorang teman, lo bisa mencontohkan kebodohan lo di masa lalu saat
menghadapi masalah yang sama, saat berada di posisi yang selevel. “Gue dulu
nggak bisa ini itu kayak lo sekarang ini. Bego ya, gue? Nah, lo tuh, lebih dari
gue di masa itu. Coba deh, lakuin hal yang ini juga… Atau yang itu. Pasti bakal
lebih yahud lagi!”
4. Hindari Debat
Satu-satunya cara dapet manfaat sepenuhnya
dari perdebatan adalah menghindarinya. Seseorang yang “diyakinkan” buat nentang kehendaknya, bakalan makin megang
teguh pendapatnya. Ujungnya, siapapun yang tampak menang, kita akan tetap kalah
sebab yang didapet cuma kesia-siaan.
5. Buat Orang Lain Merasa Penting dan Lakukan Itu dengan Tulus
Coba deh, luangin waktu sejenak untuk mikirin apa hal-hal positif yang
dimiliki orang lain. Gue sendiri sering mengakui kelebihan temen-temen di
sekitar gue. Sesederhana karena dia cantik, gue bakal bilang, “Ih, gue punya
temen cantik kayak lo. Seneng, deh!” Gue yakin walaupun bakal dibilang gombal
atau apalah, selagi lo bilang dengan tulus, orang tersebut bakalan seneng.
Bicaralah dengan orang lain tentang diri mereka, bisa dipastikan mereka akan
mampu mendengarkan berjam-jam.
6. Biarkan Orang Lain Menikmati Rasa Bangganya
Ketika kita mengakui kehebatan orang lain, ada rasa bangga terbesit di
hati mereka. Biarkan mereka nikmatin itu. Rasa bangga bisa jadi motivasi bagi
seseorang untuk berbuat lebih baik lagi. Kita pun bisa mendapat respons yang
baik karena dianggap bisa ngertiin mereka. Daripada nyela dengan perkataan, “Aku
juga pernah kayak gitu” akan lebih bijak kalo lo menimpalinya dengan, “Eh,
hebat kamu! Terus, gimana ceritanya?” Pada dasarnya, semua orang senang untuk
didengarkan dan diperhatikan.
7. Lebih Banyak “Pertanyaan” daripada “Perintah”
Siapa sih, yang suka disuruh-suruh? Bahkan, di saat lo adalah bawahan
yang digaji sekalipun, perasaan enggan ketika diperintah akan muncul. So, nggak ada alesan kan, buat
memerintah orang lain padahal berpeluang melukai harga dirinya? Daripada harus
menggunakan kata “kerjakan” atau “jangan begitu”, coba beri mereka lebih banyak
pertanyaan. Misalnya, “Gimana, ya, kalo caranya begini? Bisa lebih baikkah?”
8. Belajar Menjadi Antropolog
Tertarik dengan cara berpikir
orang lain adalah menilai orang lain dengan cara yang penuh cinta dan kasih.
Gimana enggak, lo ngeluangin waktu buat mendengarkan seseorang agar lo bisa
memahami cara berpikirnya tanpa mendikte dan menilainya dari awal. Kalo
diem-diem kita ngerasa cara berpikir kitalah yang benar, ingatlah selalu hanya
ada batas tipiiiis sekali antara arogan dan tertarik. Tertarik bukan berarti
setuju. Nikmati kebebasan yang ada di pikiran kita sendiri!
9. Perbesar Rasa Peduli
Dari Zoroaster hingga Lao-Tse
pernah mengatakan, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu, perbuatlah itu juga kepada orang lain.” Peduli itu bukan hanya
sekadar simpati melainkan juga empati. Butuh niat dan tindakan. Dengan
memperbesar kepedulian, lo udah usaha buat nempatin diri pada posisi orang
lain. Membayangkan perasaan yang dialaminya atau bahkan bagaimana frustasinya
dia. Hal ini akan ngebuat kita bersyukur dan memikirkan sejenak hal-hal kecil
yang begitu ajaib. Ya, mungkin salah satunya adalah membaca blog ini. #ahzek
10. Berdamailah dengan Ketidaksempurnaan
Nobody is perfect. Kayaknya, semua orang tau hal itu. Namun, tetep aja
situasi tertentu ngebuat kita nuntut yang namanya kesempurnaan tanpa berkaca
pada diri sendiri. Sadarilah, ketidaksempurnaan adalah alasan kestabilan dunia.
Bayangin kalo semua orang kaya, pintar, dan baik, gimana bisa saling
melengkapi? Apakah akan ada regenerasi? Siapa yang bakal jadi atasan dan
bawahan?
Itulah 10 jurus jitu menjadi teman yang baik yang mungkin sering terlupakan versi gue. Oh iya, ada tiga kata ajaib
yang juga sering dianggap remeh yaitu terima kasih, tolong, dan maaf. Latih
yuk, diri kita buat lebih peka terhadap orang lain. Masih banyak sih,
jurus-jurus lainnya. Apa lo punya jurus juga? Share, yuk di sini sama gue!
"Orang harus diberi pelajaran dengan cara seolah-olah Anda tidak mengajarinya dan hal-hal yang tidak diketahui diajukan sebagai hal-hal yang terlupa."- Alexander Pope
"Kita tidak bisa mengajarkan apa pun pada seseorang; kita hanya bisa membantu menemukannya sendiri dalam dirinya."- Galileo
Referensi:
Carnegie, Dale. 1981. How to Win Friends and
Influence People. New
Jersey: Prentice-Hall
17 comments
Poin 6 itu kadang bikin ngeselin, Fan. Kadang kitanya berusaha ngerendahin hati yak, eh si dianya malah ningginya menjadi-jadi >_<"
ReplyDeleteya itulah, latihan sabar yang "sekolahnya" setiap hari :D
Deleteaku suka no 4 hindari debat
ReplyDeleteDuh, gue jadi sadar sesadar-sadarnya. Gue juga pernah ngalamin nomer 2. Pernah ngeritik orang dan akhirnya kembali ke diri gue. Malu banget ngebacanya.
ReplyDeleteTerkadang kita sadar melihat orang lain :D
Deletepoin "Sadarilah, ketidaksempurnaan adalah alasan kestabilan dunia" super sekali, fun~
ReplyDeleteGue juga masih banyak nggak baiknya, jailnya, jahatnya. daripada salah, gue jadinya banyak diem ( . .)/
Ada benernye ye, diem itu emas. Coba banyak-banyak diem ngasilin emas beneran.... \( '.')/
Deletesenang sekali berkunjung ke page ini, sangat berwawasan namun renyah ringan... good job funy
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Wijaya :)
Deletekak oot nih, aku mau tanya tentang design blog kaka boleh?
ReplyDeleteBoleh, kok. :)
DeleteWahhhh,, ntar ane terapin dahh,, biar bisa jadi orang baik n teman baik,, :)
ReplyDeletesuka sama analoginya pak dosen :)
ReplyDeletebelajar jadi antropolog, susah yaa, mau beteman aja harus kuliah antropolog dulu :(
ReplyDeletepada point nomer 4 biasa terjadi pada pertemanan... nice posting ya kak terima kasih
ReplyDeletenomer 4, it's work :D
ReplyDeleteberdamai dengan ketidaksempurnaan adalah hal wajib agar hubungan tetap harmonis. Ya, artinya saling menghargai bagaimana pun keadaanya, asal jangan kelewatan aja. Yok, funny, jadi teman baikku. kapan kita meet up? :/
ReplyDelete